Rabu, 20 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMATOMA AURIKULER


KONSEP DASAR PENYAKIT

DEFINISI
Hematoma adalah koleksi (kumpulan) dari darah diluar pembuluh darah. Hematoma  terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan.

Hematoma aurikuler adalah hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikhondrium dan kartilago.
Perdarahan daun telinga yang diikuti oleh pembengkakan dan orang yang beresiko 40% pada atlet.

EPIDEMIOLOGI
Hematoma biasanya terjadi pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan yang melibatkan kekerasan, namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak. 40%  berpeluang terjadi pada atlet. Menurut penelitian yang dilakukan oleh H. Soekerman DSTHT yang dilakukan di RSU Banjarmasin Propinsi Kalimantan selatan selama periode 1989 s/d 1994 didapatkan data dari 100% penderita hematoma aurikuler berjenis kelamin laki-laki, penderita anak dari 0-4 tahun hanya 1 orang (5%). Usia lanjut > 50 tahun hanya satu orang (5%).

ETIOLOGI
Hematoma aurikurel biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau taruma. Dimana taruma ini biasanya terjadi olahraga yang berhubungan dengan kekerasan seperti tinju. Dengan adanya taruma ini bisa menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikhondrium dan kartilago. Jika terjadi penimbunan darah pada daerah tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massaa berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini bias menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga dapat terjadi perubahan bentuk telinga. Selain karena trauma, hematoma aurikula bisa juga disebabkan karena gigitan serangga. Dimana gigitan serangga ini dapat menembus pembuluh darah dan dapat merusak pembuluh darah yang ada di daun telinga sehingga bisa terjadi hematoma aurikula.

MANIFESTASI KLINIS
  1. Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
  2. Perubahan bentuk telinga (deformitas).
  3. Ada/tidak ada rasa nyeri.
  4. Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
  5. Ada rasa  panas.
  6. Kemerahan.
  7. Benjolan di aurikula (daun telinga).
  8. Fluktuasi/ kenyal

PEMERIKSAAN FISIK
  • Inspeksi
Pada hematoma aurikuler biasanya ditemukan benjolan pada aurikular bagian depan pada daerah cekungan, pembengkakan karena ada gumpalan darah, adanya  perubahan bentuk  pada  telinga atau deformitas, perubahan warna dimana biasanya tampak massa berwarna ungu, kemerahan dan benjolan di aurikula (daun telinga).

  • Palpasi
Kaji adanya nyeri tekan, benjolan di aurikula (daun telinga) dan adanya  fluktuasi atau terasa kenyal.

TINDAKAN  PENANGANAN ATAU TERAPI
Mengeluarkan isi hematoma yaitu bisa secara aspirasi atau insisi. Aspirasi dilakukan dengan jarum aspirasi nomor 18 untuk mencegah reakumulasi dari hematoma. Prinsip selanjutnya setelah dilakukan aspirasi atau insisi dilakukan penekanan untuk mencegah reakumulasi antara lain dengan cara : pembalutan seperti pemasangan perban, penekanan paksa mastoidektomi, penekanan lokal dengan blaster yang dijahit. Menggunakan penekanan gips yang dipasang di depan dan di belakang. Menggunakan perban gipsona yang melingkari daun telinga. Disamping kedua tahap ini, juga penting pemberian antibiotik yang adekuat (Fariz, 2006).
Selain itu ada beberapa cara atau metode dalam penanganan hematoma aurikuler, yaitu:
  1. Bebet tekan melingkar
  2. Bantalan kapas atau kasa dijahitkan menembus aurikula
  3. Bantalan kasa yang jenuh dengan salep antibiotika dan pipa karet yang masing-masing didepan dan dibelakang aurikulum dijahit menembus aurikuler
  4. bantalan kapas atau kasa yang dicelupkan dalan cairan kolodion dan diletakkan pada telinga yang sakit(Stuteville)
  5. white wool atau webrig yang dicelupkan dalam cairan kolodion dan diletakkan pada telinga yang sakit
  6. gips yang dicampur air secukupnya dan dicetakkan pada telinga yang sakit
  7. penekanan dengan memakai bloster yang  dijarit
  8. bantalan kasa yang padat dibasahi betadine masing-masing didepan dan dibelakang aurikula dijahit menembus aurikula dan difiksasi dengan pipa plastik dan bekas selang infus pada bagian belakang aurikula(soekirman 1995).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Data Subjektif:
  1. pasien mengeluh nyeri
  2. pasien mengeluh panas didaerah daun telinga
Data Objektif:
  1. Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
  2. Perubahan bentuk telinga (deformitas).
  3. Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
  4. Kemerahan.
  5. Benjolan di aurikula (daun telinga).
  6. Fluktuasi/ kenyal

DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan.
  2. Ansietas derhubungan dengan krisis situasional.
  3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
  4. Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya mikroorganisme sekunder akibat incisi

RENCANA TINDAKAN
Dx1     : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Tujuan  :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… menit nyeri dapat teratasi atau terkontrol dengan kriteria hasil :
1)      Pasien melaporkan nyeri berkurang
2)      Skala nyeri tingkat ringan ( 0-3 )
3)      Wajah tidak meringis
4)      Tidak gelisah
5)      TTV stabil (suhu : 36-37,30C, nadi: 60 – 100 x/menit, RR : 18 – 24 x/menit, tekanan darah : 120-140/80-100mmHg)
Intervensi
Mandiri
  1. Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
  1. Pantau tanda-tanda vital
Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
  1. Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku
Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
Kolaborasi
  1. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Menurunkan nyeri


Dx 2 :        Ansietas b/d krisis situasional
Tujuan :      Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x… jam kecemasan pasien berkurang hingga hilang dengan kriteria hasil :
  • Mengakui dan mendiskusikan rasa cemas
  • Mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi
  • Pasien tampak rileks dan melaporkan kecemasan berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
  1. Bina kerjasama pasien dengan keluarganya
Pasien merasa lebih tenang bila dekat dengan keluarganya
  1. Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian.
Indikator derajat ansietas atau stres, mis: pasien dapat merasa tidak terkontrol dirumah, kerja atau masalah pribadi. Stres dapat terjadi sebagai akibat gejala fisik, kondisi, juga kondisi lain.
  1. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik.
Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien atau orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres.
  1. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar pasien.
Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres.
  1. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan, mis: tirah baring, pembatasan masukan peroral, dan prosedur.
Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
  1. Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
Memindahkan dari stres luar meningkatkan relaksasi: membantu menurunkan ansietas
  1. Pertahankan kontak sering dengan pasien
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri


Dx3 :    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat kehilangan bagian tubuh.
Tujuan  :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x .. jam diharapkan pasien tidak merasa malu terhadap penampilannya dengan kriteria hasil:
  • Pasien koperatif selama menjalani pemeriksaan
  • Menerima situasi secara konstruktif
Intervensi
Mandiri
  1. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
  1. Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi atau tidak terlibat pada perawatan
Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.
  1. Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan
Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.


Dx4 :   Resiko infeksi berhubungan dengan sisi masuknya mikroorganisme sekunder akibat incisi
Tujuan  :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x .. jam diharapkan penyebaran infeksi dapat dikontrol dengan kriteria hasil :
  • Tidak terdapat tanda-tanda imflamasi
  • Tanda-tanda vital normal (suhu : 36-37,30C, nadi: 60 – 100 x/menit, RR : 18 – 24 x/menit, tekanan darah : 120-140/80-100mmHg)
Intervensi
Mandiri
  1. Observasi dan catat keluhan lokasi beratnya (skala 0-10) dan efek yang ditimbulkan oleh nyeri
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan atau perbaikan penyakit, terjadinyaa komplikasi dan keefektifan intervensi.
  1. Pantau tanda-tanda vital
Peningkatan nyeri akan meningkatkan tanda-tanda vital
  1. Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi dan nafas dalam atau teknik distraksi seperti mendengarkan musik atau membaca buku
Membantu atau mengontrol mengalihkan rasa nyeri, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping
Kolaborasi
  1. Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Menurunkan nyeri

EVALUASI
Dx1    :    Nyeri berkurang atau terkontrol
Dx2    :    Ansietas berkurang
Dx3    :    Pasien tidak merasa malu terhadap penampilannya
Dx4    :    Penyebaran infeksi dapat dikontrol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar