PENGARUH
PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG PERENCANAAN MAKAN
DENGAN MEDIA FOOD
MODEL TERHADAP
KETEPATAN JUMLAH KALORI PADA PENDERITA DM
TIPE 2
DI PUSKESMAS JANTI
MALANG
Debby
Syahru R, Djoko Setyono,
Maria Diah CT
Poltekkes
Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen 77 C Malang
e-mail:
rama.delon@yahoo.com
Diabetes mellitus (DM) is one of Indonesia's biggest disease that can be managed with a good meal planning. Health education about meal planning with food model media can improve patient’s knowledge about diabetes meal planning. This study aimed at know the effect of health education about meal planning with food model media to accuracy number of calories in patient with type 2 DM. This study used the Pre-Experimental design with one group pretest posttest design, it was held on 10 March to 12 May 2013. The population of this study was 153 people taken 15 samples with quota sampling technique. Treatment in this study was health education about meal planning with food model media. Characteristics and application of accuration number of calories of respondents obtained through interviews and food record. The data were processed using the wilcoxon test and analyzed descriptively. Wilcoxon test results showed there was effect of health education about meal planning with food model media to accuracy number of calories with p value = 0,002 (α = 0,05). It was showed from the increasing of implementation of accuration number of calories of 20% of respondents before health education into 86.67% of respondents after health education. Suggestion for people with diabetes and healthcare professionals to use the food model media as an effective method to increase knowledge about meal planning.
Keywords
:
Health Education, Meal
Planning,
Food Model, Accuracy Number of Calories, Diabetes Mellitus
Diabetes
mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit terbesar di Indonesia
yang dapat dikelola dengan perencanaan makan yang baik. Penyuluhan
kesehatan
tentang perencanaan makan dengan
media food
model
dapat
meningkatkan pengetahuan
penderita DM
tentang
perencanaan makan.
Penelitian ini bertujuan
mengetahui
pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan
media food
model
terhadap
ketepatan jumlah kalori penderita DM tipe 2. Penelitian
ini menggunakan metode
Pre–Eksperimental
dengan desain one
group pretest posttest design
yang
dilaksanakan
pada
10 Maret – 12 Mei 2013.
Populasi
penelitian berjumlah 153 orang yang diambil 15 sampel dengan teknik
quota
sampling.
Perlakuan dalam penelitian ini berupa penyuluhan kesehatan tentang
perencanaan makan dengan media food
model.
Data karakteristik dan penerapan ketepatan jumlah kalori responden
didapatkan
melalui wawancara
dan food
record.
Data
diolah menggunakan
uji
wilcoxon
dan
dianalisis secara deskriptif. Hasil uji wilcoxon
menunjukkan
terdapat pengaruh dari penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan
dengan media food
model
terhadap
ketepatan jumlah kalori dengan p
value
= 0,002 (α=0,05). Hal ini terlihat dari peningkatan pelaksanaan
ketepatan jumlah kalori dari 20% responden sebelum penyuluhan menjadi
86,67% responden
setelah
penyuluhan. Saran
untuk penderita DM dan petugas kesehatan untuk menggunakan media
food model
sebagai sarana yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang
perencanaan makan.
Kata
Kunci
: Penyuluhan Kesehatan, Perencanaan Makan, Food
Model,
Ketepatan Jumlah Kalori, Diabetes Mellitus
PENDAHULUAN
Diabetes
mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (FKUI, 2006). Diabetes
mellitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1,
DM tipe 2, DM tipe lain, dan diabetes kehamilan/gestasional
Diabetes Mellitus
(ADA, 2005).
Secara
epidemologik, diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan
onset atau mulai terjadinya diabetes adalah tujuh tahun sebelum
diagnostik ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini
terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian
lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes
tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan
perilaku rulal-tradisional menjadi urban.
(FKUI, 2006).
DM
Diabetes
Mellitus
tipe 2
adalah diabetes yang disebabkan penurunan sensitivitas terhadap
insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulinBrunner
Suddarth, 2001.
Penderita DM tipe 2 umumnya terdiagnosis DM pada usia 30 tahun ke
atas dan pada orang yang mengalami obesitas (Brunner
Suddarth, 2001). Pada tahun-tahun awal terdiagnosis penyakit
diabetes, penderita tidak merasakan gejala apapun sehingga penderita
seringkali tidak mengontrol makannya (Rosdiyatun, 2005).
Prevalensi
penyakit diabetes mellitus selalu meningkat disetiap tahunnya dan
menjadi masalah yang cukup serius di negara maju dan juga negara
berkembang. Diabetes mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan dunia
saat ini, data yang diperoleh pada tahun 2003 total prevalensi
seluruh dunia mencapai 13,8 juta jiwa dan prevalensinya akan terus
melambung dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 5,4%
(American Diabetes
Association,2004).
Badan Kesehatan
Sedunia (World
Health Organization),
memperkirakan terjadinya peningkatan penyandang DM diseluruh dunia
dari 171 juta penduduk pada tahun 2000 menjadi 366 juta penduduk
pada tahun 2030 (WHO, 1999).
Menurut
WHO jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia
pada tahun 1995menempati
posisi ke tujuh
dengan jumlah penderita sekitar 4,5
juta
dan diperkirakan akan meningkat ke posisi 5 pada tahun 2025 setelah
Pakistan
(12,4
juta orang). Diperkirakan bahwa pada tahun 2030, secara epidemologi
prevalensi DM di indonesia mencapai 21,3 juta orang (Depkes,
2009).
Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia (Perkeni) menyebutkan, pada tahun 1980 prevalensi diabetes
di Indonesia sekitar 1,5-2,3 persen pada penduduk usia 15 tahun ke
atas. Di Jawa Timur prevalensi DM yaitu 1,43% di daerah urban dan
1,47% di daerah rural (Soegondo,dkk,
2009).
Berdasarkan
data Persadia Jawa Timur,jumlah diabetesi di Jawa Timur diperkirakan
mencapai 6% dari total jumlah penduduk Jawa Timur. Hasil studi
pendahuluan tgl 5 agustus
2009 di DINKES kota malang jumlah kunjungan diabetisi th 2008
mencapai 16635 (Tikfi
A, 2011).
Prevalensi
penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup,
dimana makanan yang dikonsumsi jumlah kalorinya tinggi disertai
dengan kurangnya aktivitas fisik Soegondo,
2004.
Pada DM tipe 2 perlu dilakukan penanganan agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut.
Hasil
studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10
Januari 2013
di Puskesmas
Janti Kota Malang,
didapatkan data bahwa penderita
penyakit
DM tipe 2pada tahun 2012sebanyak
153 orang.
Adapun
pengelolaan DM tipe 2 meliputi pengelolaan diet, latihan atau olah
raga, penyuluhan kesehatan serta pengobatan. Intervensi diet untuk
mengendalikan glukosa darah merupakan salah satu intervensi penting
bagi penderita DM tipe 2.Kata
diet diganti dengan istilah perencanaan makan meal
planning
untuk memberikan kesan kepada penderita agar tidak terlalu
menakutkan, karena kata diet selalu dihubungkan dengan pasien atau
dengan segala larangan jenis makanan sehingga kepatuhan pasien
menjadi lemah Depkes
RI, 2005.
Penderita
diabetes mellitus tipe
2 dalam
melaksanakan diet sehari
- hari mengikuti
pedoman 3J (tepat
jenis, jumlah dan jadwal),
tetapi pengaturan pola makan yang paling penting bagi penderita DM
tipe 2 adalah pengaturan jumlah kalori yang dibutuhkan setiap
harinya agar gula darah tetap terkontrol. Jadi penderita boleh
memilih berbagai jenis makanan tetapi harus sesuai dengan takaran
agar tidak melebihi kebutuhan kalori yang dibutuhkan. Sedangkan
untuk pengaturan jadwal ini menyesuaikan dengan kebiasaan pola makan
masing – masing penderita DM tipe 2, karena setiap orang memiliki
jadwal pola makan yang berbeda – beda. Pengaturan
diet ini perlu memperhatikan pola makan penderita, agar tidak
terlalu menyimpang dari biasanya (Pranadi, 2002).
Dalam
penanganan kasus diabetes mellitus di Puskesmas Janti Malang, pasien
mendapatkan obat
antidiabetes serta penyuluhan
kesehatan
dari dokter dan
ahli gizi tentang perencanaan makan dan olahraga secara teratur
dengan
media leaflet.
Namun ahli gizi di Puskesmas Janti belum dapat melakukan evaluasi
terhadap pola
makankhususnya ketepatan jumlah kalori pada
penderita diabetes mellitus
serta media yang digunakan apakah sudah efektif untuk keberhasilan
materi penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan.
Berdasarkan
fenomena diatas, diperlukan suatu evaluasi
yang
harus
dilakukan
oleh petugas kesehatan
dari penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan yang telah
dilakukan agar
dapat mengetahui
keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan tersebut. Penyuluhan
kesehatan merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang
mandiri untuk membantu pasien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran.Salah
satu media penyuluhan kesehatan adalah menggunakan barang tiruan
(Suliha
dkk, 2002). Penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan dapat menggunakan media barang
tiruan yaitu dengan food
model,
karena dengan food model responden dapat melihat dan memegang
langsung contoh makanan yang disarankan serta responden dapat
memahami ukuran makanan sesuai dengan bentuk aslinya. Hal ini di
dukung dengan pendapat Suliha dkk (2002) bahwa alat bantu peraga
pengajaran/alat peraga sangat membantu sasaran didik dalam menerima
informasi berdasarkan kemampuan penangkapan pancaindera. Semakin
banyak indra yang digunakan semakin baik penerimaan sasaran didik
terhadap pesan/materi pendidikan kesehatan.
Berkaitan
dengan hal diatas, peneliti
ingin mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan
makan dengan
media food
model terhadap
ketepatan
jumlah kalori
pada penderita DM tipe 2.
Tujuan umum penelitian ini mengetahui
pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan
media food
model terhadap
ketepatan jumlah kalori pada penderita DM tipe 2
di
Puskesmas
Janti
Malang. Sedangkan tujuan
khusus
mengidentifikasi
ketepatan jumlah kalori pada penderita DM tipe 2 sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan
dengan media food
model
dan menganalisis
pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan
media food
model terhadap
ketepatan
jumlah kalori pada penderita DM tipe 2
di
Puskesmas
Janti
Malang
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini Pre-Experimental
Design
dengan pendekatan One
Group
Pretest
– Posstest Design.
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh penderita DM tipe 2,
yang berdasarkan catatan rekam medis Puskesmas Janti sebesar kurang
lebih 153 penderita pada tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini
adalah penderita DM tipe 2 yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas
Janti Malang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 responden
yang mampu baca tulis, tidak mengalami gangguan pendengaran dan
gangguan penglihatan, kooperatif, dan usia antara 30 tahun sampai
dengan 60 tahun.
Variabel
bebas
dalam penelitian ini adalah penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food
model.
Sedangkan variabel terikat dalam
penelitian
ini adalah
ketepatan
jumlah kalori
penderita DM tipe 2. Data tentang ketepatan jumlah kalori penderita
DM tipe 2 pada penelitian ini diambil dengan cara food
record.
Perlakuan
yang diberikan dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan
tentang perencanaan makan dengan media food
model dari
bahan sterofom.
Peneliti
dalam memberikan penyuluhan kesehatan perencanaan makan datang
kerumah masing – masing responden, dikarenakan jumlah responden 15
orang, peneliti membagi tahap penelitian menjadi 3 gelombang. Setiap
gelombang membutuhkan waktu 3 minggu dan terdiri dari 5 responden.
Pada setiap gelombang tahapan penelitian diawali dengan memberikan
informed
consent
sekaligus food
record
sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan pada minggu pertama. Pada
minggu kedua peneliti memberikan penyuluhan kesehatan perencanaan
makan sebanyak 2 kali dengan jarak 6 hari. Setelah penyuluhan
kesehatan yang kedua peneliti membagikan food
record
sesudah penyuluhan kesehatan yang akan diambil pada akhir minggu
ketiga. Dan waktu pengambilan data food
record sesudah
penyuluhan kesehatan gelombang pertama, peneliti sekaligus memulai
tahapan penelitian gelombang kedua dan seterusnya.
Peneliti
dalam memberikan penyuluhan kesehatan membutuhkan waktu 30 – 45
menit setiap sesi. Penyuluhan kesehatan sesi pertama peneliti
memberikan materi pengertian
perencanaan makan
dan penentuan
kebutuhan kalori pada penderita DM tipe 2
dan prinsip 3J (jenis, jumlah, dan jadwal) dengan
media penyuluhan yaitu
PowerPoint
dan Leaflet,
dan juga dilakukan demonstrasi penghitungan kebutuhan kalori.
Sedangkan penyuluhan kesehatan sesi kedua dengan materi prinsip 3J
(jenis, jumlah, dan jadwal), daftar
bahan makanan penukar, dan contoh-contoh menu
sehari – hari dengan memberikan food
model kepada
masing – masing responden serta mengevaluasi hasil food
record sebelum
diberikan penyuluhan kesehatan dari masing – masing responden.
Hasil
pengumpulan data karakteristik responden disajikan dalam bentuk pie
chart dan dianalisis secara deskriptif sedangkan data tentang
ketepatan jumlah kalori disajikan dalam bentuk tabel dianalisis
secara deskriptif. Dan untuk mengetahui ketepatan jumlah kalori
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan
dengan media food
model dilakukan
uji wilcoxon.
HASIL
PENELITIAN
Hasil
penelitian untuk data umum responden meliputi jenis kelamin, usia,
tingkat pendidikan, status gizi, pengalaman penyuluhan, dan lama
menderita DM tipe 2 disajikan dalam pie
chart. Sedangkan
data khusus tentang ketepatan jumlah kalori sebelum dan sesudah
penyuluhan kesehatan disajikan dalam bentuk tabel.
Gambar
1.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Janti
Malang Tahun 2013 (n: 15)
Gambar
2.
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun
2013
(n:
15)
Gambar
3.
Distribusi Frekuensi Tingkat
Pendidikan
Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)
Gambar
4.
Distribusi Frekuensi Status
Gizi Responden di
Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)
Gambar
5.
Distribusi Frekuensi Pengalaman Penyuluhan Kesehatan Tentang
Perencanaan Makan DM Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013
(n: 15)
Gambar
6 Distribusi Frekuensi Lamanya Menderita DM Tipe 2 Responden di
Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)
Tabel
1. Distribusi Frekuensi Ketepatan
Jumlah Kalori Responden Sebelum Diberikan Penyuluhan Kesehatan di
Puskesmas Janti Malang Tahun 2013
Keterangan
|
Jumlah
kalori
|
|
N
|
%
|
|
Tepat
|
3
|
20
|
Tidak
tepat
|
12
|
80
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Tabel
2.
Distribusi Frekuensi Ketepatan
Jumlah Kalori Responden Sesudah Diberikan
Penyuluhan
Kesehatan di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013
Keterangan
|
Jumlah
kalori
|
|
N
|
%
|
|
Tepat
|
13
|
86,67
|
Tidak
tepat
|
2
|
13,33
|
Jumlah
|
15
|
100
|
Tabel
3
Distribusi Frekuensi Ketepatan
Jumlah Kalori Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan
Kesehatan di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013
Penyuluhan
Kesehatan
|
Ketepatan
Jumlah kalori
|
Jumlah
|
p-value
|
||||
Tepat
|
Tidak
tepat
|
||||||
N
|
%
|
N
|
%
|
N
|
%
|
0,002
|
|
Pretest
|
3
|
20
|
12
|
80
|
15
|
100
|
|
Postest
|
13
|
86,67
|
2
|
13,33
|
15
|
100
|
Hasil
analisis statistik menggunakan Uji Wilcoxon
Test menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketepatan jumlah kalori
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang
perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food
model sebanyak 2 kali
di Puskesmas Janti Malang (p value = 0,002) kurang dari ( α =
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sudah diberikan
informasi tentang perencanaan makan dengan media food
model telah
menerapkan prinsip tepat jumlah kalori.
PEMBAHASAN
Penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media
food model dalam
penelitian ini diberikan sebanyak 2 kali ke rumah masing – masing
responden. Dan untuk pengukuran ketepatan jumlah kalori responden
menggunakan food
record 24 jam selama
6 hari sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang
perencanaan makan dengan media food
model.
Dalam
penelitian ini sebagian besar responden adalah perempuan (67%). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Corwin (2000) bahwa penyakit diabetes
mellitus dapat menyerang laki – laki maupun perempuan dengan
prosentase perempuan lebih banyak dibandingkan laki – laki.
Menurut Baziad Ali (2003), wanita pada usia lanjut (saat menopause)
mengalami penurunan fungsi hormon estrogen, penurunan pengeluaran
hormon paratiroid dan meningkatnya hormon FSH dan LH sehingga
menimbulkan perubahan sistem pembuluh darah yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit, seperti diabetes mellitus, jantung koroner
dan stroke.
Usia
responden dalam penelitian juga sebagian berkisar 51 – 60 tahun
(87%). Hal ini didukung dengan pernyataan Subroto (2006) bahwa
penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya muncul pada orang yang
berusia lebih dari 30 tahun. Keseluruhan responden diatas menderita
diabetes mellitus tipe 2 yang mana tidak tergantung insulin (NIDDM)
dan berkaitan dengan usia karena diabetes mellitus sering muncul
pada usia lanjut. Proses penuaan atau usia lanjut dapat menyebabkan
penyusunan sel – sel β yang progesif sehingga sekresi insulin
semakin berkurang dan kepekaan reseptornya juga menurun (Subroto,
2006).
Penyakit
diabetes mellitus tipe 1 umumnya diderita oleh orang – orang
dibawah umur 30 tahun, terutama dimulai pada usia 10 – 13 tahun.
Diabetes tipe ini umumnya terjadi karena kerusakan sel – sel β
pulau Langerhans yang disebabkan oleh distruksi autoimun. Muchid
(2005) menambahkan bahwa distruksi aotuimun dari sel – sel pulau
langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defisiensi
sekresi insulin. Defisiensi sekresi inilah yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang menyertai diabetes mellitus tipe 1 (Subroto, 2006).
Ketepatan
Jumlah kalori responden sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
tentang perencanaan makan dengan media food
model sebesar 20%
sedangkan responden yang belum menerapkan prinsip tepat jumlah
kalori sebesar 80%. Responden dalam penelitian ini sebagian besar
(73%) belum pernah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang
perencanaan makan diabetes mellitus. Jadi menurut peneliti responden
yang belum memenuhi prinsip tepat kalori dikarenakan responden belum
mengetahui tentang pembagian makanan yang benar dalam sehari,
kandungan kalori dari setiap makanan dan juga perbedaan sosial
ekonomi yang menyebabkan responden tidak dapat mencukupi kebutuhan
makanan sehari.
Kurangnya
pengetahuan responden dalam hal perencanaan makan diabetes mellitus
ini juga didukung dengan mayoritas responden baru menderita diabetes
mellitus tipe 2 kurang lebih 1 – 3 tahun (60%). Jadi memang
responden dalam penelitian ini sangat membutuhkan pengetahuan
tentang perencanaan makan diabetes mellitus agar dapat menerapkan
prinsip ketepatan jumlah kalori.
Tepat
jumlah pada
penderita
DM tipe
2 yang dimaksud
adalah penderita harus
mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan kalorinya
dalam satu hari. Penderita
dapat menghitung kebutuhan kalorinya dengan rumus perhitungan kalori
secara mandiri atau dibantu petugas kesehatan.
Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah. Penentuan jumlah kalori diet diabetes disesuaikan dengan
status gizi pasien, adanya kasus-kasus tertentu, aktivitas, berat
badan, dan tinggi badan.
Hal ini didukung dengan pendapat Askandar (2002) bahwa konsumsi
energi dan zat gizi penderita diabetes mellitus harus tepat agar
penderita tidak mengalami hipoglikemik maupun hiperglikemik dan gula
darah diharapkan dalam batas normal.
Ketepatan
jumlah kalori responden sesudah diberikan penyuluhan kesehatan
tentang perencanaan makan dengan media food
model sebanyak 2
kali meningkat sebesar 86,67% responden, sedangkan yang belum tepat
hanya 13,33% responden.
Penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food
model memang sangat
efektif sekali untuk responden, karena dengan mempunyai food
model responden dapat
mengerti ukuran bahan makanan penukar yang tepat dan sesuai dengan
kalori yang dibutuhkan. Hal ini juga didukung dengan pendapat Egdar
dale bahwa benda tiruan atau benda yang menyerupai benda asli
memiliki intensitas yang kuat/besar setelah benda asli untuk
mempersepsikan pesan yang disampaikan (Suliha, dkk, 2002). Selain
itu menurut peneliti penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan
diabetes mellitus dengan media food
model yang dilakukan
secara mandiri ke rumah masing – masing responden lebih efektif
daripada penyuluhan kesehatan dengan peserta yang banyak, karena
peneliti dapat menerangkan materi yang diberikan sesuai dengan
keadaan, usia, tingkat pendidikan responden. selain itu peneliti
dapat mengajarkan perhitungan kebutuhan kalori secara privat ke
masing – masing responden.
Hasil
analisis statistik menggunakan Uji Wilcoxon
Test menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketepatan jumlah kalori
responden sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan tentang
perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food
model di Puskesmas
Janti Malang (p value = 0,002) kurang dari ( α = 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa responden yang sudah diberikan informasi tentang
perencanaan makan dengan media food
model telah
menerapkan prinsip tepat jumlah kalori.
Responden
dalam penelitian ini memiliki rentang ketepatan jumlah kalori antara
1351 – 2513 kalori. Pada responden yang belum diberikan penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media
food model memiliki
rentang rata – rata asupan kalori 6 hari 890 – 3114 kalori per
hari. Dan setelah responden diberikan penyuluhan kesehatan tentang
perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food
model memiliki
rentang rata – rata asupan kalori 6 hari 1171 – 2362 kalori per
hari.
Responden
yang belum menerima informasi tentang perencanaan makan mengkonsumsi
energi/kalori kurang ataupun lebih dari kebutuhan kalori yang
dibutuhkan setiap hari, sedangkan setelah diberikan penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan sebanyak 2 kali secara mandiri
ke rumah masing – masing dengan menggunakan food
model menjadikan
responden untuk menerapkan prinsip tepat kalori. Karena dengan food
model akan memudahkan
responden untuk mengerti dan melihat dengan jelas ukuran bentuk
makanan seperti makanan asli. Selain food
model peneliti juga
memberikan leaflet dan daftar bahan penukar makanan ke seluruh
responden sebagai panduan bahan penukar makanan agar responden
mengerti dan memahami kandungan kalori dari masing – masing
makanan yang dimakan, selain itu peneliti juga mengevaluasi makanan
yang dimakan responden ketika pretest agar responden mengerti
kebutuhan kalorinya termasuk kurang ataupun lebih dari kebutuhan
yang dibutuhkan sehingga responden dapat menerapkan prinsip
ketepatan jumlah kalori.
Hal
ini didukung dengan pendapat Machfoedz (2003) bahwa seseorang akan
berhasil bila telah banyak memperoleh pengetahuan yang sedang
dipelajari. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Jadi menurut peneliti
penggunaan media food
model dalam
penelitian ini akan menambah objek pembelajaran dalam perencanaan
makan diabetes mellitus yang sangat dibutuhkan dan menarik karena
dapat meningkatkan motivasi responden dalam menerima informasi
tentang perencanaan makan. Hal ini didukung dengan teori lain yang
dikemukakan Machfoedz (2003) adalah bila pendidik dan peserta didik
sama-sama memiliki motivasi yang tinggi terhadap materi yang sedang
dipelajari atau yang sedang disampaikan tentu hasilnya lebih baik
daripada sebaliknya.
Responden
yang telah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan
diabetes mellitus dengan media food
model namun belum
tepat jumlah kalori dikarenakan responden belum bisa menerapkan
jumlah kalori yang ditetapkan saat penyuluhan kesehatan. Responden
mengatakan belum terbiasa mengatur dan merubah pola makan sehari –
hari sesuai yang disarankan karena sibuk dengan pekerjaannya dan
sering makan di luar rumah. Hal ini didukung dengan pernyataan Krech
(1993) yang mengungkapkan bahwa perubahan sikap pada individu ada
yang terjadi dengan mudah dan ada yang sukar. Hal ini bergantung
pada kesiapan seseorang untuk menerima atau menolak rangsangan yang
datang kepadanya.
Ketepatan
jumlah kalori sangat penting bagi penderita diabetes mellitus karena
dapat mengontrol gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi
diabetes mellitus, seperti pendapat dari Askandar (2006) bahwa
konsumsi energi pada diabetes mellitus harus tepat. Konsumsi energi
yang berlebihan akan diubah oleh tubuh menjadi lemak dan disimpan
dalam sel – sel lemak yang akan memperberat hiperglikemia.
Pendapat
Nurjanah (2006) juga mengatakan kelebihan konsumsi energi dapat
meninggalkan kadar glukosa darah penderita, karena tidak dapat
diubah menjadi glikogen. Kekurangan energi yang dikonsumsi akan
berakibat hipoglikemik, penurunan berat badan pada penderita
diabetes mellitus dengan keluhan polifagia sehingga ketepatan dalam
jumlah energi yang dikonsumsi bertujuan untuk mendapatkan kontrol
metabolik glukosa dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Jadi
menurut peneliti pengetahuan tentang perencanaan makan sangatlah
penting bagi penderita diabetes mellitus agar tercapai dalam
menerapkan prinsip ketepatan jumlah kalori yang dibutuhkan. Selain
itu media food model
adalah salah satu
media yang baik dalam mengajarkan perencanaan makan tentang diabetes
mellitus.
PENUTUP
Penyuluhan
kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model sangat
efektif untuk meningkatkan ketepatan jumlah kalori penderita DM Tipe
2 yang ditunjukkan dari peningkatan
pelaksanaan ketepatan jumlah kalori dari 20% responden sebelum
penyuluhan menjadi 86,67% responden setelah penyuluhan dengan p
value = 0,002 (α=0,05).
Diharapkan
kepada para penderita DM tipe 2 agar mampu mengendalikan penyakit
diabetes mellitus. Hal ini penting karena penyakit diabetes melittus
merupakan penyakit kronis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada
semua sistem fungsi tubuh. Upaya yang bisa dilakukan salah satunya
melalui perencanaan makan sebagai upaya untuk mengontrol kadar
glukosa darahnya secara rutin.
Perencanaan makan
yang baikbelumlah cukup guna mengendalikan diabetes mellitus, namun
ada berbagai macam cara yang harus ditempuh oleh penderita DM Tipe
2. Cara tersebut antara lain melalui latihan fisik/olahraga rutin,
pengobatan yang rutin dan terkontrol, sering mengikuti penyuluhan
kesehatan khususnya tentang diabetes mellitus, dan sering melakukan
pemeriksaan gula darah secara rutin. Jika semua hal tersebut
dilakukan, maka angka harapan hidup klien diabetes mellitus akan
menjadi lebih baik.
Perlu
dikembangkan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan
media food
model kepada
penderita DM tipe 2 karena merupakan media yang sangat efektif untuk
meningkatkan ketepatan jumlah kalori penderita DM tipe 2.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul
Hidayat, Aziz. 2007. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Almatsier,
Sunita. 2004. Penuntun
Diet. Edisi Baru, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Mangunkusumo dan
Asosiasi Dietisien Indonesia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi V .
Jakarta : Rineka Cipta
Azwar,
Azrul. 1983.
Pengantar
Pendidikan Kesehatan.
Jakarta: Sastra Hidaya
Baziad,
Ali. 2003. Solusi
Problem Wanita Dewasa.
Depok : Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Brunner.
Suddarth. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Vol. 2.
Jakarta: EGC.
Corwin,
Elizabeth J. 2000.Buku
Saku Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Depkes
RI. 2003. Makalah
Seminar Pekan
Diabetes
Mellitus. .
H.A.R
Tilaar. 2002. Perubahan
Sosial dan Pendidikan (Penyantas Pedagogik Transformatif untuk
Indonesia).
Jakarta: PT. Grasindo
Krech,
D. Cruthfield. R.S & Ballachey. E.L. 1993. Individual
in Society.
Barkeley: Mc Graw-Hill International Book Company
Mahfoedz,
dkk, 2007. Pendidikan
Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.
Jakarta: Tramaya
Noer,
Syaifoelloh, 1996. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3.
FKUI: Jakarta
Nurjanah,
Nunung. 2006. Taklukan
Diabetes dengan Terapi Jus.
Jakarta : Puspa Swara
Nursalam,
2003. Konsep
dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam,
2008.
Konsep
dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi
2. Jakarta:
Salemba
Medika.
Notoadmojo,
S. S. 1997. Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rineka Cipta
Parnadji,
2002. Perencanaan
Menu untuk Penderita Diabetes Mellitus.
Jakarta : Penebar Swadaya
PERKENI.
2006. Konsensus
Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia.
Rosdiyatun,
2005. Hubungan
Pengetahuan Bahan Makanan Penukar Dengan Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II,
Online,
http://jtptums-gdl-UMS
Digital Library-GDL 4_0.htm,
diakses 15 Desember
2012
Sediaoetomo,
Achmad Djaeni. 2004. Ilmu
Gizi.
Jakarta : PT. Dian Rakyat
Soegondo,
Soewondo, Subekti. 2009. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu,
Balai
Penerbit
FKUI, Jakarta.
Subroto,
M. Ahkam. 2006. Ramuan
Herbal untuk Diabetes Mellitus.
Jakarta : Penebar Swadaya
Sudoyo,
Aru W, dkk. 2006.
Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
Sugiyono,
2007. Statistika
untuk Penelitian.
Jakarta: Alfabeta
Suhardjo.
2003. Berbagai
Cara Pendidikan Gizi.
Cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Suliha,
Herawati, dkk. 2002. Pendidikan
Kesehatan Dalam Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Suwarsono,
2000. Pengaruh
Frekuensi Penyuluhan Gizi Terhadap Kepatuhan Gizi Terhadap Kepatuhan
Diit Dalam Penurunan Kadar Gula Darah.
Tugas Akhir.
Tidak diterbitkan, Universitas gajah Mada, Yogyakarta.
Tjokroprawiro,
Askandar. 1991. Diabetes
Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar – Dasar Terapi.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tjokroprawiro,
Askandar. 2006. Hidup
Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama
Waspadji,
Sarwono. 2004. Daftar
Bahan Makanan Penukar.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI