Selasa, 10 September 2013

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERENCANAAN MAKAN DENGAN MEDIA FOOD MODEL TERHADAP KETEPATAN JUMLAH KALORI PENDERITA TIPE 2

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERENCANAAN MAKAN DENGAN MEDIA FOOD MODEL TERHADAP KETEPATAN JUMLAH KALORI PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI PUSKESMAS JANTI MALANG

Debby Syahru R, Djoko Setyono, Maria Diah CT
Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen 77 C Malang

Diabetes mellitus (DM) is one of Indonesia's biggest disease that can be managed with a good meal planning. Health education about meal planning with food model media can improve patient’s knowledge about diabetes meal planning. This study aimed at know the effect of health education about meal planning with food model media to accuracy number of calories in patient with type 2 DM. This study used the Pre-Experimental design with one group pretest posttest design, it was held on 10 March to 12 May 2013. The population of this study was 153 people taken 15 samples with quota sampling technique. Treatment in this study was health education about meal planning with food model media. Characteristics and application of accuration number of calories of respondents obtained through interviews and food record. The data were processed using the wilcoxon test and analyzed descriptively. Wilcoxon test results showed there was effect of health education about meal planning with food model media to accuracy number of calories with p value = 0,002 (α = 0,05). It was showed from the increasing of implementation of accuration number of calories of 20% of respondents before health education into 86.67% of respondents after health education. Suggestion for people with diabetes and healthcare professionals to use the food model media as an effective method to increase knowledge about meal planning.

Keywords : Health Education, Meal Planning, Food Model, Accuracy Number of Calories, Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit terbesar di Indonesia yang dapat dikelola dengan perencanaan makan yang baik. Penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model dapat meningkatkan pengetahuan penderita DM tentang perencanaan makan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model terhadap ketepatan jumlah kalori penderita DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan metode Pre–Eksperimental dengan desain one group pretest posttest design yang dilaksanakan pada 10 Maret – 12 Mei 2013. Populasi penelitian berjumlah 153 orang yang diambil 15 sampel dengan teknik quota sampling. Perlakuan dalam penelitian ini berupa penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model. Data karakteristik dan penerapan ketepatan jumlah kalori responden didapatkan melalui wawancara dan food record. Data diolah menggunakan uji wilcoxon dan dianalisis secara deskriptif. Hasil uji wilcoxon menunjukkan terdapat pengaruh dari penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model terhadap ketepatan jumlah kalori dengan p value = 0,002 (α=0,05). Hal ini terlihat dari peningkatan pelaksanaan ketepatan jumlah kalori dari 20% responden sebelum penyuluhan menjadi 86,67% responden setelah penyuluhan. Saran untuk penderita DM dan petugas kesehatan untuk menggunakan media food model sebagai sarana yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang perencanaan makan.

Kata Kunci : Penyuluhan Kesehatan, Perencanaan Makan, Food Model, Ketepatan Jumlah Kalori, Diabetes Mellitus



PENDAHULUAN

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (FKUI, 2006). Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan diabetes kehamilan/gestasional Diabetes Mellitus (ADA, 2005).
Secara epidemologik, diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah tujuh tahun sebelum diagnostik ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi diabetes tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rulal-tradisional menjadi urban. (FKUI, 2006).
DM Diabetes Mellitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulinBrunner Suddarth, 2001. Penderita DM tipe 2 umumnya terdiagnosis DM pada usia 30 tahun ke atas dan pada orang yang mengalami obesitas (Brunner Suddarth, 2001). Pada tahun-tahun awal terdiagnosis penyakit diabetes, penderita tidak merasakan gejala apapun sehingga penderita seringkali tidak mengontrol makannya (Rosdiyatun, 2005).
Prevalensi penyakit diabetes mellitus selalu meningkat disetiap tahunnya dan menjadi masalah yang cukup serius di negara maju dan juga negara berkembang. Diabetes mellitus (DM) menjadi masalah kesehatan dunia saat ini, data yang diperoleh pada tahun 2003 total prevalensi seluruh dunia mencapai 13,8 juta jiwa dan prevalensinya akan terus melambung dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 5,4% (American Diabetes Association,2004). Badan Kesehatan Sedunia (World Health Organization), memperkirakan terjadinya peningkatan penyandang DM diseluruh dunia dari 171 juta penduduk pada tahun 2000 menjadi 366 juta penduduk pada tahun 2030 (WHO, 1999).
Menurut WHO jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 1995menempati posisi ke tujuh dengan jumlah penderita sekitar 4,5 juta dan diperkirakan akan meningkat ke posisi 5 pada tahun 2025 setelah Pakistan (12,4 juta orang). Diperkirakan bahwa pada tahun 2030, secara epidemologi prevalensi DM di indonesia mencapai 21,3 juta orang (Depkes, 2009).
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) menyebutkan, pada tahun 1980 prevalensi diabetes di Indonesia sekitar 1,5-2,3 persen pada penduduk usia 15 tahun ke atas. Di Jawa Timur prevalensi DM yaitu 1,43% di daerah urban dan 1,47% di daerah rural (Soegondo,dkk, 2009).
Berdasarkan data Persadia Jawa Timur,jumlah diabetesi di Jawa Timur diperkirakan mencapai 6% dari total jumlah penduduk Jawa Timur. Hasil studi pendahuluan tgl 5 agustus 2009 di DINKES kota malang jumlah kunjungan diabetisi th 2008 mencapai 16635 (Tikfi A, 2011). Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, dimana makanan yang dikonsumsi jumlah kalorinya tinggi disertai dengan kurangnya aktivitas fisik Soegondo, 2004. Pada DM tipe 2 perlu dilakukan penanganan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Januari 2013 di Puskesmas Janti Kota Malang, didapatkan data bahwa penderita penyakit DM tipe 2pada tahun 2012sebanyak 153 orang.
Adapun pengelolaan DM tipe 2 meliputi pengelolaan diet, latihan atau olah raga, penyuluhan kesehatan serta pengobatan. Intervensi diet untuk mengendalikan glukosa darah merupakan salah satu intervensi penting bagi penderita DM tipe 2.Kata diet diganti dengan istilah perencanaan makan meal planning untuk memberikan kesan kepada penderita agar tidak terlalu menakutkan, karena kata diet selalu dihubungkan dengan pasien atau dengan segala larangan jenis makanan sehingga kepatuhan pasien menjadi lemah Depkes RI, 2005.
Penderita diabetes mellitus tipe 2 dalam melaksanakan diet sehari - hari mengikuti pedoman 3J (tepat jenis, jumlah dan jadwal), tetapi pengaturan pola makan yang paling penting bagi penderita DM tipe 2 adalah pengaturan jumlah kalori yang dibutuhkan setiap harinya agar gula darah tetap terkontrol. Jadi penderita boleh memilih berbagai jenis makanan tetapi harus sesuai dengan takaran agar tidak melebihi kebutuhan kalori yang dibutuhkan. Sedangkan untuk pengaturan jadwal ini menyesuaikan dengan kebiasaan pola makan masing – masing penderita DM tipe 2, karena setiap orang memiliki jadwal pola makan yang berbeda – beda. Pengaturan diet ini perlu memperhatikan pola makan penderita, agar tidak terlalu menyimpang dari biasanya (Pranadi, 2002).
Dalam penanganan kasus diabetes mellitus di Puskesmas Janti Malang, pasien mendapatkan obat antidiabetes serta penyuluhan kesehatan dari dokter dan ahli gizi tentang perencanaan makan dan olahraga secara teratur dengan media leaflet. Namun ahli gizi di Puskesmas Janti belum dapat melakukan evaluasi terhadap pola makankhususnya ketepatan jumlah kalori pada penderita diabetes mellitus serta media yang digunakan apakah sudah efektif untuk keberhasilan materi penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan.
Berdasarkan fenomena diatas, diperlukan suatu evaluasi yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan dari penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan yang telah dilakukan agar dapat mengetahui keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan tersebut. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu pasien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran.Salah satu media penyuluhan kesehatan adalah menggunakan barang tiruan (Suliha dkk, 2002). Penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dapat menggunakan media barang tiruan yaitu dengan food model, karena dengan food model responden dapat melihat dan memegang langsung contoh makanan yang disarankan serta responden dapat memahami ukuran makanan sesuai dengan bentuk aslinya. Hal ini di dukung dengan pendapat Suliha dkk (2002) bahwa alat bantu peraga pengajaran/alat peraga sangat membantu sasaran didik dalam menerima informasi berdasarkan kemampuan penangkapan pancaindera. Semakin banyak indra yang digunakan semakin baik penerimaan sasaran didik terhadap pesan/materi pendidikan kesehatan.
Berkaitan dengan hal diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model terhadap ketepatan jumlah kalori pada penderita DM tipe 2. Tujuan umum penelitian ini mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model terhadap ketepatan jumlah kalori pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Janti Malang. Sedangkan tujuan khusus mengidentifikasi ketepatan jumlah kalori pada penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model dan menganalisis pengaruh penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model terhadap ketepatan jumlah kalori pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Janti Malang
METODE PENELITIAN
Penelitian ini Pre-Experimental Design dengan pendekatan One Group Pretest – Posstest Design. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh penderita DM tipe 2, yang berdasarkan catatan rekam medis Puskesmas Janti sebesar kurang lebih 153 penderita pada tahun 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang tercatat dalam rekam medis Puskesmas Janti Malang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15 responden yang mampu baca tulis, tidak mengalami gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan, kooperatif, dan usia antara 30 tahun sampai dengan 60 tahun.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketepatan jumlah kalori penderita DM tipe 2. Data tentang ketepatan jumlah kalori penderita DM tipe 2 pada penelitian ini diambil dengan cara food record.
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model dari bahan sterofom. Peneliti dalam memberikan penyuluhan kesehatan perencanaan makan datang kerumah masing – masing responden, dikarenakan jumlah responden 15 orang, peneliti membagi tahap penelitian menjadi 3 gelombang. Setiap gelombang membutuhkan waktu 3 minggu dan terdiri dari 5 responden. Pada setiap gelombang tahapan penelitian diawali dengan memberikan informed consent sekaligus food record sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan pada minggu pertama. Pada minggu kedua peneliti memberikan penyuluhan kesehatan perencanaan makan sebanyak 2 kali dengan jarak 6 hari. Setelah penyuluhan kesehatan yang kedua peneliti membagikan food record sesudah penyuluhan kesehatan yang akan diambil pada akhir minggu ketiga. Dan waktu pengambilan data food record sesudah penyuluhan kesehatan gelombang pertama, peneliti sekaligus memulai tahapan penelitian gelombang kedua dan seterusnya.
Peneliti dalam memberikan penyuluhan kesehatan membutuhkan waktu 30 – 45 menit setiap sesi. Penyuluhan kesehatan sesi pertama peneliti memberikan materi pengertian perencanaan makan dan penentuan kebutuhan kalori pada penderita DM tipe 2 dan prinsip 3J (jenis, jumlah, dan jadwal) dengan media penyuluhan yaitu PowerPoint dan Leaflet, dan juga dilakukan demonstrasi penghitungan kebutuhan kalori. Sedangkan penyuluhan kesehatan sesi kedua dengan materi prinsip 3J (jenis, jumlah, dan jadwal), daftar bahan makanan penukar, dan contoh-contoh menu sehari – hari dengan memberikan food model kepada masing – masing responden serta mengevaluasi hasil food record sebelum diberikan penyuluhan kesehatan dari masing – masing responden.
Hasil pengumpulan data karakteristik responden disajikan dalam bentuk pie chart dan dianalisis secara deskriptif sedangkan data tentang ketepatan jumlah kalori disajikan dalam bentuk tabel dianalisis secara deskriptif. Dan untuk mengetahui ketepatan jumlah kalori sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model dilakukan uji wilcoxon.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian untuk data umum responden meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status gizi, pengalaman penyuluhan, dan lama menderita DM tipe 2 disajikan dalam pie chart. Sedangkan data khusus tentang ketepatan jumlah kalori sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan disajikan dalam bentuk tabel.


Gambar 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013
(n: 15)


Gambar 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)


Gambar 4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)


Gambar 5. Distribusi Frekuensi Pengalaman Penyuluhan Kesehatan Tentang Perencanaan Makan DM Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)


Gambar 6 Distribusi Frekuensi Lamanya Menderita DM Tipe 2 Responden di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013 (n: 15)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ketepatan Jumlah Kalori Responden Sebelum Diberikan Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013

Keterangan
Jumlah kalori
N
%
Tepat
3
20
Tidak tepat
12
80
Jumlah
15
100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ketepatan Jumlah Kalori Responden Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013

Keterangan
Jumlah kalori
N
%
Tepat
13
86,67
Tidak tepat
2
13,33
Jumlah
15
100

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ketepatan Jumlah Kalori Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Janti Malang Tahun 2013

Penyuluhan Kesehatan
Ketepatan Jumlah kalori
Jumlah
p-value
Tepat
Tidak tepat
N
%
N
%
N
%
0,002
Pretest
3
20
12
80
15
100
Postest
13
86,67
2
13,33
15
100

Hasil analisis statistik menggunakan Uji Wilcoxon Test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketepatan jumlah kalori sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model sebanyak 2 kali di Puskesmas Janti Malang (p value = 0,002) kurang dari ( α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sudah diberikan informasi tentang perencanaan makan dengan media food model telah menerapkan prinsip tepat jumlah kalori.

PEMBAHASAN
Penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model dalam penelitian ini diberikan sebanyak 2 kali ke rumah masing – masing responden. Dan untuk pengukuran ketepatan jumlah kalori responden menggunakan food record 24 jam selama 6 hari sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model.
Dalam penelitian ini sebagian besar responden adalah perempuan (67%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Corwin (2000) bahwa penyakit diabetes mellitus dapat menyerang laki – laki maupun perempuan dengan prosentase perempuan lebih banyak dibandingkan laki – laki. Menurut Baziad Ali (2003), wanita pada usia lanjut (saat menopause) mengalami penurunan fungsi hormon estrogen, penurunan pengeluaran hormon paratiroid dan meningkatnya hormon FSH dan LH sehingga menimbulkan perubahan sistem pembuluh darah yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti diabetes mellitus, jantung koroner dan stroke.
Usia responden dalam penelitian juga sebagian berkisar 51 – 60 tahun (87%). Hal ini didukung dengan pernyataan Subroto (2006) bahwa penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya muncul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun. Keseluruhan responden diatas menderita diabetes mellitus tipe 2 yang mana tidak tergantung insulin (NIDDM) dan berkaitan dengan usia karena diabetes mellitus sering muncul pada usia lanjut. Proses penuaan atau usia lanjut dapat menyebabkan penyusunan sel – sel β yang progesif sehingga sekresi insulin semakin berkurang dan kepekaan reseptornya juga menurun (Subroto, 2006).
Penyakit diabetes mellitus tipe 1 umumnya diderita oleh orang – orang dibawah umur 30 tahun, terutama dimulai pada usia 10 – 13 tahun. Diabetes tipe ini umumnya terjadi karena kerusakan sel – sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh distruksi autoimun. Muchid (2005) menambahkan bahwa distruksi aotuimun dari sel – sel pulau langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi sekresi inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai diabetes mellitus tipe 1 (Subroto, 2006).
Ketepatan Jumlah kalori responden sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model sebesar 20% sedangkan responden yang belum menerapkan prinsip tepat jumlah kalori sebesar 80%. Responden dalam penelitian ini sebagian besar (73%) belum pernah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus. Jadi menurut peneliti responden yang belum memenuhi prinsip tepat kalori dikarenakan responden belum mengetahui tentang pembagian makanan yang benar dalam sehari, kandungan kalori dari setiap makanan dan juga perbedaan sosial ekonomi yang menyebabkan responden tidak dapat mencukupi kebutuhan makanan sehari.
Kurangnya pengetahuan responden dalam hal perencanaan makan diabetes mellitus ini juga didukung dengan mayoritas responden baru menderita diabetes mellitus tipe 2 kurang lebih 1 – 3 tahun (60%). Jadi memang responden dalam penelitian ini sangat membutuhkan pengetahuan tentang perencanaan makan diabetes mellitus agar dapat menerapkan prinsip ketepatan jumlah kalori.
Tepat jumlah pada penderita DM tipe 2 yang dimaksud adalah penderita harus mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan kalorinya dalam satu hari. Penderita dapat menghitung kebutuhan kalorinya dengan rumus perhitungan kalori secara mandiri atau dibantu petugas kesehatan. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah. Penentuan jumlah kalori diet diabetes disesuaikan dengan status gizi pasien, adanya kasus-kasus tertentu, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Hal ini didukung dengan pendapat Askandar (2002) bahwa konsumsi energi dan zat gizi penderita diabetes mellitus harus tepat agar penderita tidak mengalami hipoglikemik maupun hiperglikemik dan gula darah diharapkan dalam batas normal.
Ketepatan jumlah kalori responden sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model sebanyak 2 kali meningkat sebesar 86,67% responden, sedangkan yang belum tepat hanya 13,33% responden.
Penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model memang sangat efektif sekali untuk responden, karena dengan mempunyai food model responden dapat mengerti ukuran bahan makanan penukar yang tepat dan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan. Hal ini juga didukung dengan pendapat Egdar dale bahwa benda tiruan atau benda yang menyerupai benda asli memiliki intensitas yang kuat/besar setelah benda asli untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan (Suliha, dkk, 2002). Selain itu menurut peneliti penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model yang dilakukan secara mandiri ke rumah masing – masing responden lebih efektif daripada penyuluhan kesehatan dengan peserta yang banyak, karena peneliti dapat menerangkan materi yang diberikan sesuai dengan keadaan, usia, tingkat pendidikan responden. selain itu peneliti dapat mengajarkan perhitungan kebutuhan kalori secara privat ke masing – masing responden.
Hasil analisis statistik menggunakan Uji Wilcoxon Test menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketepatan jumlah kalori responden sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model di Puskesmas Janti Malang (p value = 0,002) kurang dari ( α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sudah diberikan informasi tentang perencanaan makan dengan media food model telah menerapkan prinsip tepat jumlah kalori.
Responden dalam penelitian ini memiliki rentang ketepatan jumlah kalori antara 1351 – 2513 kalori. Pada responden yang belum diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model memiliki rentang rata – rata asupan kalori 6 hari 890 – 3114 kalori per hari. Dan setelah responden diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model memiliki rentang rata – rata asupan kalori 6 hari 1171 – 2362 kalori per hari.
Responden yang belum menerima informasi tentang perencanaan makan mengkonsumsi energi/kalori kurang ataupun lebih dari kebutuhan kalori yang dibutuhkan setiap hari, sedangkan setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan sebanyak 2 kali secara mandiri ke rumah masing – masing dengan menggunakan food model menjadikan responden untuk menerapkan prinsip tepat kalori. Karena dengan food model akan memudahkan responden untuk mengerti dan melihat dengan jelas ukuran bentuk makanan seperti makanan asli. Selain food model peneliti juga memberikan leaflet dan daftar bahan penukar makanan ke seluruh responden sebagai panduan bahan penukar makanan agar responden mengerti dan memahami kandungan kalori dari masing – masing makanan yang dimakan, selain itu peneliti juga mengevaluasi makanan yang dimakan responden ketika pretest agar responden mengerti kebutuhan kalorinya termasuk kurang ataupun lebih dari kebutuhan yang dibutuhkan sehingga responden dapat menerapkan prinsip ketepatan jumlah kalori.
Hal ini didukung dengan pendapat Machfoedz (2003) bahwa seseorang akan berhasil bila telah banyak memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Jadi menurut peneliti penggunaan media food model dalam penelitian ini akan menambah objek pembelajaran dalam perencanaan makan diabetes mellitus yang sangat dibutuhkan dan menarik karena dapat meningkatkan motivasi responden dalam menerima informasi tentang perencanaan makan. Hal ini didukung dengan teori lain yang dikemukakan Machfoedz (2003) adalah bila pendidik dan peserta didik sama-sama memiliki motivasi yang tinggi terhadap materi yang sedang dipelajari atau yang sedang disampaikan tentu hasilnya lebih baik daripada sebaliknya.
Responden yang telah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan diabetes mellitus dengan media food model namun belum tepat jumlah kalori dikarenakan responden belum bisa menerapkan jumlah kalori yang ditetapkan saat penyuluhan kesehatan. Responden mengatakan belum terbiasa mengatur dan merubah pola makan sehari – hari sesuai yang disarankan karena sibuk dengan pekerjaannya dan sering makan di luar rumah. Hal ini didukung dengan pernyataan Krech (1993) yang mengungkapkan bahwa perubahan sikap pada individu ada yang terjadi dengan mudah dan ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima atau menolak rangsangan yang datang kepadanya.
Ketepatan jumlah kalori sangat penting bagi penderita diabetes mellitus karena dapat mengontrol gula darah dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes mellitus, seperti pendapat dari Askandar (2006) bahwa konsumsi energi pada diabetes mellitus harus tepat. Konsumsi energi yang berlebihan akan diubah oleh tubuh menjadi lemak dan disimpan dalam sel – sel lemak yang akan memperberat hiperglikemia.
Pendapat Nurjanah (2006) juga mengatakan kelebihan konsumsi energi dapat meninggalkan kadar glukosa darah penderita, karena tidak dapat diubah menjadi glikogen. Kekurangan energi yang dikonsumsi akan berakibat hipoglikemik, penurunan berat badan pada penderita diabetes mellitus dengan keluhan polifagia sehingga ketepatan dalam jumlah energi yang dikonsumsi bertujuan untuk mendapatkan kontrol metabolik glukosa dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Jadi menurut peneliti pengetahuan tentang perencanaan makan sangatlah penting bagi penderita diabetes mellitus agar tercapai dalam menerapkan prinsip ketepatan jumlah kalori yang dibutuhkan. Selain itu media food model adalah salah satu media yang baik dalam mengajarkan perencanaan makan tentang diabetes mellitus.

PENUTUP

Penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model sangat efektif untuk meningkatkan ketepatan jumlah kalori penderita DM Tipe 2 yang ditunjukkan dari peningkatan pelaksanaan ketepatan jumlah kalori dari 20% responden sebelum penyuluhan menjadi 86,67% responden setelah penyuluhan dengan p value = 0,002 (α=0,05).
Diharapkan kepada para penderita DM tipe 2 agar mampu mengendalikan penyakit diabetes mellitus. Hal ini penting karena penyakit diabetes melittus merupakan penyakit kronis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada semua sistem fungsi tubuh. Upaya yang bisa dilakukan salah satunya melalui perencanaan makan sebagai upaya untuk mengontrol kadar glukosa darahnya secara rutin. Perencanaan makan yang baikbelumlah cukup guna mengendalikan diabetes mellitus, namun ada berbagai macam cara yang harus ditempuh oleh penderita DM Tipe 2. Cara tersebut antara lain melalui latihan fisik/olahraga rutin, pengobatan yang rutin dan terkontrol, sering mengikuti penyuluhan kesehatan khususnya tentang diabetes mellitus, dan sering melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin. Jika semua hal tersebut dilakukan, maka angka harapan hidup klien diabetes mellitus akan menjadi lebih baik.
Perlu dikembangkan penyuluhan kesehatan tentang perencanaan makan dengan media food model kepada penderita DM tipe 2 karena merupakan media yang sangat efektif untuk meningkatkan ketepatan jumlah kalori penderita DM tipe 2.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Edisi Baru, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi V . Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, Azrul. 1983. Pengantar Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Sastra Hidaya
Baziad, Ali. 2003. Solusi Problem Wanita Dewasa. Depok : Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Brunner. Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Vol. 2. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2003. Makalah Seminar Pekan Diabetes Mellitus. .
H.A.R Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan (Penyantas Pedagogik Transformatif untuk Indonesia). Jakarta: PT. Grasindo
Krech, D. Cruthfield. R.S & Ballachey. E.L. 1993. Individual in Society. Barkeley: Mc Graw-Hill International Book Company
Mahfoedz, dkk, 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Jakarta: Tramaya
Noer, Syaifoelloh, 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. FKUI: Jakarta
Nurjanah, Nunung. 2006. Taklukan Diabetes dengan Terapi Jus. Jakarta : Puspa Swara
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmojo, S. S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
Parnadji, 2002. Perencanaan Menu untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar Swadaya
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Rosdiyatun, 2005. Hubungan Pengetahuan Bahan Makanan Penukar Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II, Online, http://jtptums-gdl-UMS Digital Library-GDL 4_0.htm, diakses 15 Desember 2012
Sediaoetomo, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Soegondo, Soewondo, Subekti. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Subroto, M. Ahkam. 2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar Swadaya
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta
Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Suliha, Herawati, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Suwarsono, 2000. Pengaruh Frekuensi Penyuluhan Gizi Terhadap Kepatuhan Gizi Terhadap Kepatuhan Diit Dalam Penurunan Kadar Gula Darah. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Universitas gajah Mada, Yogyakarta.
Tjokroprawiro, Askandar. 1991. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar – Dasar Terapi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tjokroprawiro, Askandar. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Waspadji, Sarwono. 2004. Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI